Jumat, 22 Agustus 2008

Gurat Edisi 6/2008

Sekilas Pandang

Astiliano


(untuk yang merasa)

Dan kau sembunyikan dimana pandangku
Setelah matamu membisu diam membatu
Di rekah senyummu yang tersungging
Atau tatapmu beku
Diiringi tarian sang rembulan pagi
Dimana kau sembunyikan ?
Kucari lewat desiran darahku
Tapi yang ada hanya wajahmu ayu
Dimana kau sembunyikan ?
Ku buka-tutup jendela
Kau kembali tersenyum
Dengan tarian rembulan pagi

Eks perpusda, 2007



Memory Cinta

Sigit Dwi Prasetya



Lewat bahasa kalbu
Ku coba rasakan khayalmu
Disisi kenanganku bersamamu

Tajamnya pisau
Tak setajam tatapan matamu
Yang menggores kerasnya batu hatiku

Butir-butir cinta yang jatuh
Seolah menandakan kehancuranku
Dengan kenangan yang menyakitkan

Kutahu.....
Lamunan ini sesaat lagi akan hilang
Tapi kenangan ini telah terukir dan membeku di hati.



Jithungan

Landung



satu..dua...tiga...empat.... ....
urutkan angka demi angka,
beri waktu pada mereka,
aku sedang jaga...

pat tujuh...pat dlapan..pat sembilan..LIMAPULUH!!
cukup sudah ludah tercurah..
aku akan mulai mencari.

dimana mereka ??
tempat sembunyi tak ada
aku hampir putus asa !

ternyata mereka...
di depan tv, di bilik-bilik warnet,
di depan ps, di warung-warung rokok..
tinggalkan aku yang terpojok.

kapan mereka?
berlari tapakkan kaki,
sibakkan daun tuk sembunyi...
aku kan terus jaga,
sampai mereka tak bisa lagi
tertawa...



Gelap

Lintang Selatan



Embun yang dingin itu
Menggigil ketakutan
Bukan mentari yang tak-sedia hangatkan
Tetapi aku telah menabur cinta dalam kepedihan
Ku-terpaku melihat wajah itu
Masih hitam pekam,...

Langit renungan,15.04.08




Astiliano adalah punggawa komunitas Lumbung Aksara yang sekarang sibuk menimba ilmu di PP Al-Muhsin Krapyak, sambil mencari cinta.

Sigit Dwi Prasetya, penyair kelahiran 6 Desember 1990 dan masih sekolah di MAN 1 Wates. Tinggal di Samigaluh.

Landung, aktif di komunitas Padhang mBulan, suka naik gunung dan rengeng-rengeng di tepi kali. Akses tentangnya di www.jangkrikngerik.blogspot.com

Lintang Selatan nama pena dari Hendri Sulistya penyair dan juga penulis tinggal di Cauman City tepian sungai Serang,lahir di atas pembaringan di bawah atap langit keheningan dengan suara tangis kegembiraan,150585.

Label:

Comments on "Gurat Edisi 6/2008"

 

post a comment