Rabu, 20 Agustus 2008

Sorot Edisi 5/2008 - WAJAH BARU ITU BERNAMA INTERNET

WAJAH BARU ITU BERNAMA INTERNET

Internet, siapa yang yang tak kenal dengan barang tersebut ? tentu temen-temen sudah pada kenal atau bahkan pernah berselancar dengannya. Ya, barang tersebut kini seolah merupakan “identitas” generasi abad sekarang.

Untuk bisa mengakses internet tersebut, temen-temen tidak perlu repot-repot lagi. Soalnya disekolah, dikantor, diperpust atau dirumah temen-temen sendiri sudah banyak yang dilengkapi dengan fasilitas tersebut. Bila tidak, kita bisa mendapatkannya di warnet-warnet yang akhir-akhir ini menjamur bak musim hujan. Biayanya juga tidak mahal-mahal amat kok, cukup Rp. 3000; saja kita bisa melihat seluruh isi dunia tanpa perlu menggunakan indera ke enam kaya dalam filmnya Mak Lampir. Apalagi kalau pas happy hour,wuih...murah rek !, cukup bayar Rp. 2000; kita sudah bisa melihat isi jagad ini.

Tapi temen, sempat kebayang tidak, walaupun kita bisa mendapatkan banyak kemudahan dari adanya internet, kita juga bisa terjerumus dalam lobang yang malah bisa merugikan diri kita sendiri. Mau tahu, makanya baca sampai selesai !, tapi inget..tulisan ini lahir karena adanya kekaguman yang kritis pada teknologi, dan tidak dimaksudkan untuk mengkakimi atau mencari sisi negatif teknologi semata. Tetapi sebaliknya, untuk memahami gejala yang disebut teknologi sehingga kita dapat mengintegrasikannya dengan sektor kehidupan lainnya. Bingung kagak ?

Abad Informasi
Temen-temen, tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi khususnya informasi berjalan sangat cepat. Yang paling kentara ya HP sama internet. Dua hal tersebut sudah seperti bagian kehidupan yang tidak bisa dipisahkan. So, orang beramai-ramai untuk bisa akrab dengan barang tersebut biar tidak disebut dengan gaptek atau ndeso. Yang tinggalnya di desa jangan marah lho....!

Oleh karena itu baik pemerintah maupun sekolah mengkampanyekan kepada warganya supaya untuk lebih dekat hal tersebut. Tidak sekedar himbaun semata, malah pakai iklan segala lho ! Hal tersebut dimaksudkan agar kita tidak ketinggalan dari negara-negara tetangga yang memang lebih dulu akrab dengan teknologi informasi (IT) tersebut. Emang kita sudah tertinggal !

Nah, bagi meraka yang mampu menangkap situasi tersebut, tentunya hal itu merupakan peluang bisnis yang menjanjikan. So, di sana-sini mulai menjamur warnet-warnet dengan segala fasilitas serta kemudahan yang ditawarkannya.

Kini ngenet seolah trend baru setelah HP. Dari mulai anak SD sampai mahasiswa, bahkan masyarakat umum juga begitu akrabnya berselancar dengan innternet. Bahkan anak TK pun sudah mulai dikenalkan dengan internet tersebut, biar tidak gaptek katanya. Mereka bisa betah berlama-lama didepan internet tersebut, bahkan sampai bela-belain gak masuk sekolah alias bolos hanya sekedar untuk ngenet. Apa kagak gila itu ?

Nah, seperti itulah yang dinamakan terjerumus dalam “lobang” teknologi. Memang, dengan internet tersebut kita bisa mendapatkan apa saja, mulai dari kitab kuning ala pesantren sampai dengan adegan mesum sepasang muda-mudi. Ngeri gak tuh ?

Nah, disitulah permasalahanya. Ketika sebuah teknologi sudah disalah gunakan. Kalau untuk yang positif sih gak apa-apa, lha kalau yang negatif, apa gak berabe !. Masa-masa remaja merupakan usia yang masih labil terhadap hal-hal yang baru, terlebih pada hal-hal yang berbau tabu. Rasa untuk ingin tahu sangat besar. Nah, disinilah peran dari pengelola warnet, sekolah, masyarakat, lembaga keagamaan, orang tua bahkan pemerintah dituntut keaktifannya. Tentunya diawali dengan bentuk-bentuk penyadaran, bukan tindakan represif yang kayak di TV itu.

Kepedulian Bersama
Setiap teknologi yang berkembang akan selalu membawa dampak positif dan negatif, tak terkecuali internet melalui warnet-warnetnya. Yang paling kentara adalah manakala banyak pelajar yang ngenet disaat jam-jam sekolah, masih pakai seragam lagi !. banyak juga kita saksikan ketika ada muda-mudi yang ngenet berdua sampai larut malam, entah yang diakses apa...dan apa yang mereka lakukan diruangan itu. Ini bukannya negatif thinking lho. Tapi perlu diingat temen, kita berada dinegara Indoensia yang kental dengan budaya ketimurannya yang masih memegang tata krama. Gitu ..!

Yang lebih parah lagi ketika ada temen-temen kita, terutama yang masih kecil alias belum gede mengakses situs-situs yang tidak layak dilihat, situs-situs porno atau yang berbau kekerasan maksudnya!. Karena keseringan nonton yang gitu-gituan, akibatnya kebawa dalam kehidupan sehari-harinya. Misalnya melakukan free sex, tindakan pencabulan, pemerkosaan atau tindakan kekerasan lainnya. Inikan memalukan namanya. Ya atau ya..?

Terkait dengan posisi kita sebagai bagian dari masyarakat adalah manakala kita menjadi sosok yang individualis, alias tidak mau ngumpul dengan warga. Akibatnya kita bisa dianggap sebagai makhluk asing “alien” lantaran tidak mau kumpul dengan tetangga kita. Bagai mana hal itu bisa terjadi ?. Ya, karena keseringan kita nongkrong diwarnet sampai-sampai menjadi lupa waktu. Pada hal, pada hal dikampung waktu itu ada kerja bakti, layatan, gendurenan, tahlilan atau acara-acara lain yang melibatkan warga. Nah, kalau kita tidak hadir, apa tidak akan digunjing oleh tetangga. Kalau hanya satu atau dua kali tidak hadir mungkin tidak apa-apa, lha kalau sampai bekali-kali itu kan mengasingkan diri namanya. So, temen-temen jangan seperti itu ya!
Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang sinergis antar bebagai pihak. Pihak warnet barang kali harus membuat aturan yang tegas, seperti pada saat jam sekolah pelajar dilarang masuk, anjuran kepada user agar tidak membuka situs-situs porno atau yang tidak baik lainnya, bagi muda-mudi yang sedang ngenet berdua dianjurkan agar tidak berbuat yang neka-neka.
Pihak sekolah juga harus lebih disiplin dalan mengawasi anak didiknya, terlebih ketika jam-jam sekolah. Proses penyadaran adalah senjata yang paling ampuh dalam mensikapi hal tersebut. Orang tua juga tidak boleh menutup mata melihat hal tersebut, pengawasan serta pendidikan agama merupakan langkah preventif yang paling efektif.

Temen, kita memang tidak boleh gaptek dengan teknologi informasi, tapi jangan sampai kita terlena karenanya.

Sukardi Cimeng
(Pemimpin Umum Prasasti)


Tema Bulan Depan

Ilustrasi:
UAN telah tiba, berbagai strategi gencar dilancarkan para siswa. Ada yang ikut bimbel, privat dan ada yang masih setia dengan strategi lama namun lumayan diandalkan, dan dilakukan dengan metode baru; nyontek. Hari gini masih nyontek? Gimana menurut kamu? Kirim deh pendapat kamu max 850 kata ke alamat redaksi. See you bye bye...

Label:

Comments on "Sorot Edisi 5/2008 - WAJAH BARU ITU BERNAMA INTERNET"

 

post a comment